Sejarah Desa

31 Januari 2017 19:18:39 WITA

Pada tahun Caka 910 atau tahun 988 Masehi datanglah sebuah rombongan yang terdiri dari 35 Kepala Keluarga (KK) kesuatu wilayah. Wilayah tersebut kemudian dibuatlah suatu desa yang disebut Wilacita/Wila yang artinya pengembangan pikiran atau daerah pengembangan kekuasaan.

Setelah 35 tahun kemudian tepatnya tahun 945 Caka atau 1023 Masehi jumlah penduduk desa tersebut menjadi 50 KK, namun pada saat itu keadaan kehidupan masyarakatnya masih susah, sehingga melalui utusan pimpinannya saat itu menghadaplah kehadapan Raja Sri Dharma Wangsa Rakata Pangkaja agar diberikan keringanan terhadap pajak dan tugas-tugasnya. Hal ini mendapat restu dari Raja dan dibuatlah Prasasti tentang isi dari persetujuan tersebut. Nama prasasti tersebut adalah Prasasti Sawan I dan Prasasti Sawan II atau Prasasti Bila I dan Prasasti Bila II, Karena asalnya ditemukan di Desa Bila tapi disimpan oleh orang dari Sawan.

Adapun batas-batas desa saat itu adalah :

Sebelah Utara                         : Banjar Sema

Sebelah Selatan                      : Batu Apit/Batu Metegul

Sebelah Barat                         : Tukad Daya

Sebelah Timur                       : Toya Kebutan

Setelah mengalami perkembangan selanjutnya maka desa tersebut mengalami bencana alam ( erosi dan banjir) sehingga desa pada waktu itu hancur atau benyah. Pada saat itulah penduduk yang selamat mencari pemukiman yang baru dengan membagi diri menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu :

Kelompok 1 : Tinggal di sekitar pohon Bila yang masih muda

Kelompok 2 : Tinggal di sekitar pohon Bila yang tua

Kelompok 3 : Tinggal di sekitar kebun bambu, sehingga itulah kelompok 1 disebut Bila Bajangan yang sekarang menjadi Dusun Bila Kanginan, sedangkan kelompok 2 disebut Bila Tua yang sekarang menjadi Dusun Bila Kawanan, dan kelompok 3 disebut Bontihing yang sekarang menjadi urusan administrasi perbekelan Desa Bontihing.

Pada waktu itu pura Kahyangan Tiga dan kuburannya hanya satu yaitu di Desa Bila Bajang. Karena letaknya berjauhan dan medannya masih sulit sehingga komunikasipun menjadi sulit dan dengan perkembangan desa dari masing-masing desa adapt membuat Kahyangan Tiga sendiri-sendiri, namun walaupun demikian hubungan kekerabatan secara sekala dan niskala masih berjalan dengan baik, terbukti pada waktu piodalan besar pada masing-masing Kahyangan Tiga saling mengunjungi atau nangkil secara rutin sampai sekarang dengan Desa Bila Kanginan sebagai pusatnya.

Semua peninggalan-peninggalan jaman dahulu masih ada sampai sekarang yang terletak di Desa Bila Kanginan yaitu berupa kuburan kuno yang disebut “sema kerawe”, sedangkan pura dalemnya disebut Pura Dalem Bila Ilu.

Secara historis Desa Bila sejak berdirinya merupakan suatu desa yang terkoordinir dengan baik, terbukti dengan adanya Prasasti Bila dengan demikian berarti ada yang mengkoordinir atau yang memimpin. Begitu juga setelah jaman Belanda, Bila sudah merupakan suatu keperbekelan, namun karena kurang baiknya kearsipan sehingga tidak bisa mengidentifikasikan pejabat-pejabat keperbekelan secara kronologis. Tetapi berkat informasi-informasi dari para sesepuh desa yang masih hidup, sekarang akhirnya dapat menghimpun pemimpin-pemimpin di Desa Bila sebagai berikut :

  1. Tahun 1907 - 1937 : SUKESARI
  2. Tahun 1937 - 1962 : GEDE MADU
  3. Tahun 1962 – 1977 : KETUT GEDE
  4. Tahun 1977 – 1986 : GEDE GITA
  5. Tahun 1986 – 1994 : NYOMAN PASAR
  6. Tahun 1994 – 1995 : NYOMAN WIDARTA (PJS)
  7. Tahun 1995 – 2002 : I KETUT ARTHAWA
  8. Tahun 2002 – 2014 : I NYOMAN ARSA,S.Pd.
  9. Tahun 2014 – 2015 : I GEDE YUDA ARIASA (PJ)

10. Tahun 2015 – sekarang         : I KETUT CITARJA YUDIARTA

Layanan Mandiri


Silakan datang / hubungi perangkat Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.

Masukkan NIK dan PIN!

Media Sosial

FacebookTwitterYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Jumlah Pengunjung

Lokasi Bila

tampilkan dalam peta lebih besar